Kedua orangtuanya, Lindy dan Michael Chamberlain, yang mengatakan bayi mereka diculik anjing dingo, sempat dituduh bertanggung jawab atas kematian Azaria. Namun seiring dengan bermunculannya bukti-bukti baru, mereka dibebaskan dari tuduhan pembunuhan sang putri walau diliputi keraguan dari rakyat Australia.
Penyelidikan yang sudah berlangsung belasan tahun pun berakhir. Kantor berita BBC, Selasa 12 Juni 2012 melaporkan, tim forensik penyelidik kasus Azaria akhirnya menyatakan bahwa dingo adalah penyebab hilang dan tewasnya Azaria.
Putusan tersebut didasarkan pada barang bukti berupa rekaman kasus-kasus serangan dingo terhadap manusia yang diserahkan Lindy dan Michael awal tahun ini. Pasangan yang kini telah bercerai itu mengaku lega dengan pernyataan tim forensik.
"Warga Australia tidak bisa lagi berkata dingo tidak buas. Kita tinggal di Australia, negara yang cantik namun berbahaya," kata Lindy yang selama ini gigih mengatakan bahwa dingolah yang bertanggung jawab atas kematian putrinya.
Kasus Azaria Chamberlain merupakan kasus besar yang menyita perhatian seluruh warga Australia dan membagi mereka menjadi dua kubu. Perjuangan Lindy membuktikan bahwa dia tidak bersalah dijadikan ilham film Hollywood, A Cry In The Dark, pada 1988.
Bayi Azaria yang masih berusia delapan minggu hilang dari tendanya di dekat Uluru, Ayers Rock pada 1980. Lindy dan Michael yang mengatakan putri mereka diculik anjing dingo, didakwa berturut-turut sebagai pelaku dan kaki tangan pada 1982.
Penyelidikan terus berjalan. Polisi kemudian menemukan potongan baju bayi yang diduga milik Azaria di sarang dingo, dan kasus kembali dibuka.
Nama Lindy dan Michael pun dibersihkan dari segala tuduhan. Awal tahun ini, penyelidikan keempat kembali dibuka, dengan hasil yang mementahkan tiga penyelidikan sebelumnya.
"Kebenaran itu selalu ada," ucap Michael Chamberlain. "Sekarang tinggal kembali berbenah dan membiarkan putri kami beristirahat dengan tenang."
0 komentar:
Posting Komentar